Thursday, July 24, 2008

Marleve Mainaky
Dari Tunggal Pria Jadi Pelatih Tunggal Wanita
Oleh admin
Kamis, 08-Mei-2008, 22:38:53 567 klik Send this story to a friend Printable Version

Kehadiran Marleve Mainaky dalam jajaran pelatih Pelatnas Cipayung semakin mengukuhkan dinasti Mainaky. Pelajaran berharga dia tuai saat berdikusi dengan kakak-kakaknya yang lebih dahulu menjadi pelatih.

Oleh: FEMI DIAH, Jakarta

Harus Luwes dan Sabar Selami Psikologis Pemain

Kehadiran Marleve Mainaky dalam jajaran pelatih Pelatnas Cipayung semakin mengukuhkan dinasti Mainaky. Pelajaran berharga dia tuai saat berdikusi dengan kakak-kakaknya yang lebih dahulu menjadi pelatih.

Marleve Mainaky belum lama menukangi tunggal wanita. Piala Uber kali ini bakal menjadi ujian perdananya di turnamen beregu internasional. ''Siapa bilang saya tidak nervous. Itu benar-benar ajang pembuktian untuk saya sebagai pelatih,'' katanya di sela-sela mendampingi latihan Maria Kristin dkk di Istana Olahraga (Istora) Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, kemarin (7/5).

Malah, menurut Marleve, ketegangan menjadi pelatih lebih besar daripada saat dirinya masih bertanding di lapangan lewat predikat pemain. ''Saat menjadi pemain, beban ada bagi saya sendiri. Nah, sebagai pelatih, saya harus mengantarkan empat pemain, tutur adik kandung Rexy Mainaky tersebut.

Empat pemain yang dimaksud adalah Maria Kristin, Adriyanti Firdasari, Pia Zebadiah, dan Fransisca Ratnasari. Mereka bakal menjadi andalan Merah Putih di Piala Uber edisi 2008 bersama tiga pasangan ganda wanita, yakni Vita Marissa/ Lilyana Natsir, Jo Novita/ Greysia Polii, dan Endang Nursugiyanti/ Rani Mundiasti.

Awalnya, Marleve tidak menyangka akan diberi amanah menjadi pelatih tunggal wanita. Saya kan orangnya kagok kalau berkomunikasi dengan perempuan, ujarnya.

Padahal, Marleve memiliki banyak penggemar dari kaum Hawa. Meski, kini dia sudah tak lagi berpredikat sebagai pemain. Dia memang belum lama dipercaya menjadi pelatih oleh PB PBSI. Pada Agustus lalu, dia menerima surat keputusan yang menitahkan dirinya menjadi pelatih. Namun, baru pada November lalu, dia benar-benar membesut tunggal wanita seorang diri. ''Awalnya, saya hanya diminta bantu-bantu oleh Hendrawan. Eh, dia kok malah minta fokus ke tunggal pria,'' paparnya.

Kini, beban berat harus dipanggul oleh Marleve. Dengan materi pemain yang pas-pasan, minimal dia diharapkan dapat mengantarkan para srikandi Merah Putih itu meraih babak semifinal di Jakarta. Namun, kehadiran Susi Susanti sebagai manajer tim dan Aryono Miranat selaku pelatih ganda wanita dalam Tim Uber diharapkan dapat membantunya meraih hasil tersebut.

Keputusan PB PBSI untuk menyertakan pelatih ganda campuran Richard Mainaky yang juga kakak kandung Marleve itu turut membuat dirinya semakin percaya diri. ''Kami sering berdiskusi tentang program latihan,'' ungkapnya.

Apalagi, menangani pemain wanita rupanya lebih sulit daripada membesut sektor pria. Sebab, untuk memoles para pemain wanita, dibutuhkan lebih banyak kesabaran dan keluwesan dalam mendekati mereka. ''Tak melulu membicarakan program latihan. Kadang-kadang, pembicaraan diselingi dengan gurauan. Sebab, kadang-kadang psikologi mereka kurang stabil,'' jelasnya.

Kini, dia berharap Tim Uber Indonesia mampu tampil optimal. Apalagi, sebagai mantan pemain, Marleve sangat mengenal karakteristik penonton Indonesia. Mereka bisa berbalik arah jika para pemainnya tidak mampu tampil optimal. Mereka akan menyerang pemain sendiri. ''Makanya, anak-anak harus tampil seoptimalnya dan menunjukkan kerja keras dalam menghadapi lawan agar penonton tetap bersimpati,'' ucapnya.

Lima di antara enam putra keluarga Mainaky berprofesi sebagai pemain bulutangkis. Mulai Richard Mainaky, Rexy Mainaky, Marleve Mainaky, Riony Mainaky, dan Karel Mainaky. Marleve mencatatkan diri menjadi bagian dari Tim Thomas Indonesia yang sukses menorehkan gelar juara pada 2000 dan 2002. (aww)

(Sumber: indopos.co.id)