Thursday, July 24, 2008

Tahir Djide: ''Mustahil Prestasi Tanpa Disiplin''
Oleh admin
Rabu, 09-Juli-2008, 11:39:58 278 klik Send this story to a friend Printable Version

(Bulutangkis.com) - Ditemui disela-sela pertandingan BM 77 Cup yang digelar di Gor BM 77, Prof. Drs. H. M Tahir Djide ketua PB BM 77 yang juga merupakan pelatih pelatnas selama 35 tahun ini mengungkapkan beberapa pendapatnya tentang pembinaan serta dunia bulutangkis Indonesia. Kecintaan beliau pada cabang olah raga satu ini sudah tidak diragukan lagi, pengabdian sejak zaman Rudi Hartono hingga Taufik Hidayat mencerminkan hal tersebut.

Oleh: Ira Ratnati

(Bulutangkis.com) - Ditemui disela-sela pertandingan BM 77 Cup yang digelar di Gor BM 77, Prof. Drs. H. M Tahir Djide ketua PB BM 77 yang juga merupakan pelatih pelatnas selama 35 tahun ini mengungkapkan beberapa pendapatnya tentang pembinaan serta dunia bulutangkis Indonesia. Kecintaan beliau pada cabang olah raga satu ini sudah tidak diragukan lagi, pengabdian sejak zaman Rudi Hartono hingga Taufik Hidayat mencerminkan hal tersebut.

Beliau dengan antusias menceritakan visi dan misi dari pendirian PB BM 77. Educational Approach atau pendekatan pendidikan, itulah yang dilakukan PB BM 77 dalam mendidik siswanya, karena beliau yakin bahwa dengan pendidikanlah bisa terbentuk disiplin, loyalitas, kemampuan untuk berkomunikasi dan bersosialisasi. Dengan olah raga ini setiap anak didiknya diharapkan bisa mengaplikasikan apa yang didapat selama berlatih di PB BM 77 dalam kehidupan sehari-harinya, beliau juga mengungkapkan bahwa anak didiknya di PB BM 77 ini mengalami peningkatan di bidang akademisnya, beliau berani mengklaim bahwa semua anak didiknya berada di 10 rangking teratas di kelasnya masing-masing.

Dalam mendidik anak didiknya Prof Tahir mengungkapkan bahwa disiplin adalah hal yang paling utama, “mustahil prestasi bisa diraih tanpa disiplin” ungkapnya, olah raga adalah salah satu cara yang tepat dalam menanamkan kedisiplinan pada anak, juga dengan olah raga anak bisa lebih percaya diri, belajar untuk menghadapi kekalahan dan berjiwa sportif.
Saat dimintai pendapat mengenai mandegnya regenarasi yang terjadi di bulutangkis Indonesia beliau menginterpretasikan bahwa regenerasi adalah rinci, sistematis dan harmonis. “Bukan hanya regenarasi atlet tapi seharusnya juga regenerasi pelatih dan konsep, sudah saatnya kita benar-benar mengaplikasikan pelatihan berteknologi, bukan hanya pada kulitnya saja tapi juga harus menyentuk aspek di dalamnya”.

Beliau memutuskan untuk mengundurkan diri dari pelatnas pada 1 Maret 2008 silam, beliau mundur karena kesibukannya di Bandung yang mustahil bagi beliau untuk bisa terus berada di Jakarta, karena selain berprofesi sebagai pembina dan pelatih beliau juga merupakan guru besar dan professor di Fakultas Pendidikan Olah Raga dan Kesehatan Universitas Pendidikan Indonesia. “Sudah saatnya saya fokus di sini (Bandung, red)”.

Ira Ratnati, Jurnalis Bulutangkis.com

No comments: