Thomas Uber Cup 2008 Pembuktian Nasionalisme Susy Susanti | ||
Oleh admin | Minggu, 25-Mei-2008, 10:20:56 | |
| ||
Oleh: Iwan Susanto Siapa orang Indonesia yang tak kenal nama Susy Susanti. Sebagai ratu bulutangkis dunia namanya tak hanya masyur di Indonesia. Segudang prestasi menjadi sesuatu yang terus menghidupkan namanya. Mental baja, ulet dan pertahanan yang kokoh adalah ciri khas permainan jawara All England 4 kali ini. Setelah berhenti dari hingar bingar bulutangkis internasional, sosoknya tetap menjadi sorotan publik. Tepat di penghujung tahun 1999 Susy resmi gantung raket. Sebagai mantan pemain handal istri Alan Budikusuma ini diharapkan mampu menularkan pengalamannya. Banyak pihak berharap Susy mau menjadi pelatih. Susy digadang akan mampu menelurkan pemain kaliber dunia disaat pemain putri Indonesia terpuruk. Namun Susy selalu menolak. Bahkan Susy selalu muncul dengan kritikan yang lantang kepada pemerintah tentang nasib mantan atlit seperti dirinya yang kurang mendapat perhatian dari pemerintah. Banyak kalangan pecinta bulutangkis Indonesia kecewa. Susy yang bergelimang dengan hadiah masih terus menuntut kesejahteraan. Bayangkan disaat tahun 1992 uang tunai 1 milyar sudah masuk ke rekeningnya. Dan masih banyak hadiah yang didapat dari berbagai turnamen. Banyak yang berujar ''Susy dulu kau ku puja kini kau buat ku merana''. Kata-kata itu memang menjadi pilihan terakhir disaat prestasi pemain tunggal putri Indonesia menginjak titik nadir. Contoh akurat adalah tidak adanya pemain tunggal putri yang sekedar bisa lolos ke olimpiade 2004. Padahal Susy adalah ratu ditahun 1992. Kiprah Susy di bulutangkis pun sangat minim. Susy hanya muncul di turnamen yang melibatkan produknya, ASTEC. Puncaknya Susy dengan tegas melarang anaknya untuk terjun di dunia bulutangkis. Sungguh ironis memang. Egois kah mantan Srikandi Indonesia ini? Semua tentu bertanya-tanya. Pertanyaan kemudian terjawab di putaran final Thomas Uber Cup 2008. Susy yang ditunjuk sebagi manager tim, ternyata membuktikan bahwa dia adalah nasionalisme sejati. Pembuktian itu bukan karena Maria Kristin dkk sukses melaju hingga final. Namun nasionalisme Susy terbukti dengan seriusnya dia mengolah tim uber kita. Tim yang tak punya kartu as dan tak diunggulkan malah mampu bermain dengan semangat membara. Menempatkan sebagai kakak, Susy berhasil mengayomi Tim Uber Indonesia. Mental tim yang selalu menjadi titik lemah, mampu dipolesnya. Pernyataannya pun adalah bukti nyata kecintaannya terhadap Indonesia. Walau sempat mendapat tawaran melatih diluar negeri, demi cinta tanah airnya Susi tak menggubris tawaran tersebut. Pernyataan lain yang membuat kagum adalah sehari menjelang final. Susy melontarkan bahwa Tim Uber Indonesia harus berjuang maksimal seperti tentara di medan laga demi Indonesia apapun bisa. ''Indonesia luar biasa,'' kata-kata yang dilontarkan dengan kalem namun penuh makna. Susy pun berjanji tahun 2010 tim uber Indonesia akan lebih baik dan lebih menggigit. Kita tunggu kiprah sang legenda Indonesia ini. Iwan Susanto, Jurnalis Masyarakat Bulutangkis Indonesia (MBI) |
Maju Terus Badminton Indonesia!!! Ayo dukung terus atlit-atlit Badminton Nasional kita. Tapi jangan lupa juga untuk mendukung atlit-atlit daerah kita sendiri yakni dari Yogyakarta. Bantulah dengan dorongan, dukungan, serta pemberian informasi sebanyak-banyaknya kepada para pemain Badminton di yogyakarta melalui Web ini.
Thursday, July 24, 2008
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment