Saturday, July 12, 2008

Menghindari Kekuatan Lawan

Seorang Mushashi, biasanya bergerak mengikuti irama pedang musuhnya. Kemana pun, hingga lawan lengah dan kelelahan. Kemudian ia mencuri kelelahan lawan dengan tenaga yang masih terjaga.

Demikian pula yang di hadapi oleh seorang pebulutangkis. Energi dan stamina, merupakan sebuah modal yang tidak bisa diabaikan. Namun bisa dijaga dan dipersiapkan. Tenaga dahsyat seperti Lin Dan (Juara tiga kali All England), biasanya tidak dilawan dengan tenaga yang sama dahsyat oleh musuh. Tidak heran, menghadapi permainan Juara All England 2007 ini harus dengan taktik jitu. Perhatikan pula, mengapa musuh Lin Dan berkali-kali berputar ke lapangan menjelang servis. Atau menyeka keringat, minta ganti raket, mengganti shuttlecock, bahkan meminta lapangan dipel lantaran keringat.

Sebenarnya itu hanya taktik memancing emosi Lin Dan. Pemain bertipe temperamental biasanya memiliki skill bagus dan mental juara yang luar biasa. Ia hanya bisa dimentahkan dengan memprovokasi mental. Lawan yang skill-nya bagus, lebih kerap tidak sabar untuk meraih kemenangan. Ia akan goyah ketika dipancing amarahnya. Begitu amarah muncul, maka unbalance-lah yang muncul dari dirinya.

Biasanya, siapa memimpin siapa, itu terjadi dalam pertandingan sela. Kemampuan memancing lawan, sering ditunjukkan pada permainan eranya Ardi BW. Kemampuanya sih tidak terlalu hebat, tapi mental juaranya luar biasa. Ketika kemenangan diambang mata, maka ia mainkan provokasi itu.

Kalau seorang pemain mengambil inisiatif untuk psy-war seperti itu, pelatih tidak perlu memberikan wejangan teknis berlebihan. Karena ini wilayah nonteknis, jadi ya kita amati secara nonteknis saja. Jika kondisi pada set pertama tidak bisa dikejar, saya lebih suka membebaskan pemain untuk berpikir jernih. Kalau perlu lepas saja, untuk modal set berikutnya. Dalam pertarungan yang ketat, ketenangan mengambil peranan besar. Bukan arahan teknis pelatih ataupun teror penonton.

Seorang pemain dengan teknis yang tidak luar biasa, tapi memiliki mental juara melebihi kapasitas, merupakan spesifikasi lain. Saya contohkan Ardi BW pada masanya. Di atas kertas, ia pasti kalah dengan pemain dari China. Tapi karena keuletannya, semua prediksi dimentahkan, Ardi keluar sebagai juara.

Satu hal yang perlu dicermati, irama permainan lawan harus dihentikan. Ini kalau kita tidak ingin menjadi bulan-bulanan. Belum lagi masalah teror pemain. Kita sering memiliki pengalaman luar biasa dalam kapasitas kita sebagai penonton. Apalagi jika yang kita hadapi adalah pemain Malaysia. Waktu dulu, seolah-olah kalah dengan negara lain diperbolehkan, namun jangan dengan Malaysia. Untuk ancaman pada saat sekarang ini datang dari berbagai macam negara. Cina yang terdepan untuk saat ini dengan kualitas para pemainnya di semua sektor dan juga memiliki pendukung yang fanatik.

Untuk menyambung sebuah generasi yang pernah berlaga dahsyat, krisis pemain di negara kita perlu diupayakan pembenahannya. Selama raket masih terayun, dan bola masih melayang, saya berkeyakinan, bulutangkis Indonesia masih memiliki cerita dan harapan besar di masa depan.

Sumber: Planet Badminton

No comments: